Skip to main content

[Eng] Cosmopolitan Localism and Trust

Recently, I am interested in the role of design for social innovation. Last month, I have known an Italian designer, Prof. Ezio Manzini, who wrote his book, titled "Design, When Everybody Designs: An Introduction to Design for Social Innovation".

I have not yer read this book until now, but tried to watch his lecture video on this book. I learned the viewpoint of designer on social innovation, especially from social problems to social sustainability via social innovation.

There are many points as he mentioned about the role of designers for social innovation. In different ways from it, I have learned the same thing as the role of facilitator or catalyst as strangers to local community. The basic role of designer looks like the same as that of facilitator. 

Especially, I focused on his word "cosmopolitan localism". He tries to avoid extreme "globalization" and extreme "localization". Local community should keep a kind of equilibrium between them and here is the role of designer. Designer takes a role to create the narrative together with local community to keep openness to outer world. In this process, the designer should not be the main actor but be supporter for local community to create its own innovation by itself.

But how is the way for the designer to do it? I think the key point is trust. Without any trust from local community, the designer cannot do anything.

Co-working and co-creating process makes local community trust the designer as stranger. But it is not always true, I think.

Under the question and answer session, one participant ask about trust to Prof. Manzini. Unfortunately, his answer was not so clear about trust building. It depends on the way of approach by outsider whether or not he can get trust from local community.

The key point of facilitation by designer or facilitator from outside is sincere respect to local community and local people. Social innovation cannot be planned by outsider but is realized by the process with local community. Trust is definitely important in the process for social innovation. Without trust, no cosmopolitan localism.

So, now I prepare to read the book of Prof. Manzini.

Fukushima Railway Station and Trains. My Hometown.

Comments

Popular posts from this blog

[Ind] Mereka Percaya Indonesia Mencintai Jepang

Mungkin ini saya perlu memberitahukan kepada teman-teman orang Indonesia. Ini adalah refleksi pandangan sebagian masyarakat Jepang tentang Indonesia. Beberapa hari yang lalu, ada suatu posting twitter tentang sejarah Indonesia dan Jepang. Jika ada yang bisa baca bahasa Jepang, silahkan membacanya secaralangsung.     Posting Twitter tentang Sejarah Indonesia dan Jepang (bahasa Jepang) ********** Awalnya mulai dari persoalan ujian di suatu universitas swasta. Isinya mahasiswa/i diminta bikin kesimpulan dari tulisan tentang sejarah Indonesia-Jepang. Tulisan tersebut termasuk pendidikan sejarah di Indonesia yang mengatakan bahwa penjajahan tentara Jepang selama 3,5 tahun bisa dikatakan lebih berat daripada penjajahan Belanda. Ditambahnya, pendidikan sejarah di Jepang tidak begitu banyak mengajar apa yang Jepang melakukan di Asia Tenggara termasuk Indonesia pasa waktu Perang Dunia II. Tidak mengajar juga tentang penjajahan tentara Jepang terhadap wilayah Indonesia. Mestinya mahasis...

[Ind] Cerita Ibu Kos: Ketakutan menjadi Kesayangan

Kali ini saya sedikit cerita waktu saya pertama kali mulai tinggal di Jakarta pada Agustus 1990. Saya tinggal di Jakarta selama dua tahun sampai Agustus 1992. Ini pertama kali berdomosili dengan KIMS (saat ini KITAS) di Indonesia. Saya tinggal di Jakarta sebagai overseas research fellow dari kantor saya, Institute of Developing Economies (IDE), Tokyo, Jepang. IDE menugaskan kepada staf peneliti untuk tinggal di negara sasaran penelitiannya. Sebagai staf peneliti Indonesia, saya memilih tinggal di Indonesia selama dua tahun. Waktu itu, status saya di Indonesia sebagai mahasiswa S-2 UI. Biasanya, overseas research fellow menyewa rumah sendiri dan mobil sendiri seperti diplomat atau staf-staf perusahaan Jepang yang dikirim dari kantor pusat di Jepang. Namun, sebagai  calon ahli Indonesia di kantor saya, saya merasa harus berusaha tahu dan mengerti secara dalam dan benar dengan penuh pergaulan dengan masyarakat Indonesia sehari-hari. Maka, saya sengaja mencari indikos di wilayah Jakart...

[Ind] Hadir CEAS TALK #9 sebagai Pemateri (19 Agustus 2020)

Pada tanggal 19 Agustus 2020 malam, saya hadir acara online CEAS TALK #9 oleh Center for East Asian Studies, Universitas Muhammadiyah Malang sebagai pemateri berjudul "Pandangan Masyarakat Jepang terhadap Indonesia pada Masa Penjajahan Tahun 1942-1945". Mumlah pesertanya sekitar 70 orang lebih dan sebagian besar adalah mahasiswa/i. Saya mau membahas tentang reaksi sebagian orang Jepang yang menyatakan bahwa Jepang berkontribusi kemerdekaan Republik Indonesia dan oleh karena itu Indonesia senang dan mencintai Jepang. Saya tidak berminat menjelaskan satu demi satu tentang sejarah penjajahan Jepang di wilayah Indonesia saat ini tetapi untung ada Ibu Susi Ong, ahli sejarah Jepang, menambah latar belakang sejarahnya di chat. Itu menjadi referensi untuk mahasiswa/i. Saya menekankan bahwa sejarah saat ini adalah sejarah pemenang atau penguasa, dan perlu menyadari bahwa ada juga sejarah lain oleh yang kalah, atau oleh yang disingkirkan. Selain itu, sebaiknya menghindari atau sangat h...