Skip to main content

[Ind] Mereka Percaya Indonesia Mencintai Jepang

Mungkin ini saya perlu memberitahukan kepada teman-teman orang Indonesia. Ini adalah refleksi pandangan sebagian masyarakat Jepang tentang Indonesia.

Beberapa hari yang lalu, ada suatu posting twitter tentang sejarah Indonesia dan Jepang. Jika ada yang bisa baca bahasa Jepang, silahkan membacanya secaralangsung.


**********

Awalnya mulai dari persoalan ujian di suatu universitas swasta. Isinya mahasiswa/i diminta bikin kesimpulan dari tulisan tentang sejarah Indonesia-Jepang.

Tulisan tersebut termasuk pendidikan sejarah di Indonesia yang mengatakan bahwa penjajahan tentara Jepang selama 3,5 tahun bisa dikatakan lebih berat daripada penjajahan Belanda. Ditambahnya, pendidikan sejarah di Jepang tidak begitu banyak mengajar apa yang Jepang melakukan di Asia Tenggara termasuk Indonesia pasa waktu Perang Dunia II. Tidak mengajar juga tentang penjajahan tentara Jepang terhadap wilayah Indonesia. Mestinya mahasiswa/i Jepang perlu belajar lebih banyak tentang sejarahnya.

**********

Penulis twitter ini merasa kaget melihat isi persoalan ujian ini yang dititip dari anaknya. Anaknya mahasiswi yang ikut ujian. Kenapa orang tuanya kaget? Karena isinya berbeda dari apa yang penulis twitter memahami selama ini. Sebagai orang tua, penulis twitter takut anaknya kena cuci otak oleh Dosen yang membuat persoalan ujiannya.

Menurut penulis twitter, Indonesia sangat mencintai Jepang. Jepanglah yang membebaskan masyarakat Indonesia dari penjajahan Belanda. Buktinya banyak masyarakat sambut sangat baik terhadap kedatangan tentara Jepang. Jenderal-Jenderal tentara Jepang sangat baik kepada masyarakat. Tentara Jepang mendidik masyarakat dan melatih pemuda untuk menjadi prajurit tentara. Jepang yang membantu kemerdekaan Indonesia. Ada ex-tentara Jepang yang ikut perang kemerdekaan bersama pemuda Indonesia. Maka, Indonesia sangat mencintai Jepang. Buktinya, Indonesia sangat besar hati dan tidak meminta kompensasi besar-besaran setelah Perang Dunia II. Sikapnya sangat berbeda dari Korea dan China yang selalu menuntut permintaan maaf kepada Jepang. Salah satu istri Presiden Bung Karno adalah Dewi Sukarno, perempuan Jepang.

Oleh karena itu, menurut penulis twitter, Jepang tidak mungkin dibenci oleh masyarakat Indonesia. Dosen itu salah dan mau memaksakan penndapat salah kepada mahasiswa/i. Dosen itu seolah-olah menyampaikan kejelekan Jepang. Itu hoax. Jangan percaya dosen itu. Universitas harus pecat dosen itu. Begitulah pendapat penulis twitter tadi.

**********

Bagaimana tanggapannya dari teman-teman orang Indonesia?

Sebagian masyarakat Jepang penuh percaya bahwa Indonesia mencintai Jepang karena Jepang membantu kemerdekaan Indonesia. Masyarakat Indonesia bersyukur dan memiliki rasa terima kasih kepada Jepang. Karena itulah, Indonesia menjadi negara yang paling simpatis terhadap Jepang.

Jika ada orang Jepang yang menyampaikan hal-hal negatif tentang penjajahan Jepang di Indonesia, teman-teman penulis twitter tadi menganggap orang Jepang tersebut sebagai kelompok kiri yang berpihak Korea dan China dan pengkhianat terhadap negara Jepang.

Penulis twitter tadi dan temannya yang membenarkan apa yang dilakukan oleh tentara Jepang pada waktu Perang Dunia II sering dianggap sebagai kelompok kanan. Mereka percaya Jepang dibohongi oleh AS dan Sekutu dalam Perang Dunia II. Mereka ingin kembali Jepang dulu yang dikuasai oleh Kaisar atas dasar UUD Lama. Ingin revisi UUD saat ini.

Menurut saya, memang biasa bahwa pandangan sejarah dari Indonesia dan Jepang berbeda. Apa lagi, sejarah yang diajar di sekolah pasti ada penggaruhnya oleh kemauan penguasa.  Sejarah selalu bisa digunakan sebagai alat justifikasi legitimasi penguasa.

Kita harus hati-hati generalisasi. Waktu kita ketemu, tidak mungkin menjelekkan satu sama lain. Jika orang Jepang bertanya kepada orang Indoneisa apakah suka Jepang, pasti jawabannya suka. Tidak mungkin jawab untuk bikin rasa yang tidak enak.

Penulis twitter tadi dan teman-temannya yang percaya kebaikan Jepang terhadap Indonesia dulu punya berapa orang teman-teman orang Indonesia? Pernahkah menyampaikan langsung kepada orang Indonesia? Meskipun pernah menyampaikan apa yang orang Jepang percaya, saya menduga bahwa orang Indonesia mendengarnya dengan senyum-senyum tanpa langsung menyampaikan pendapatnya. Karena itu, orang Jepang merasa pendapatnya bisa disetujui oleh orang Indonesia.

Ternyata, sumber informasi oleh penulis twitter dan teman-temannya yang percaya terrasa dicintai oleh Indonesia berasal dari buku-buku yang ditulis oleh orang Jepang termasuk ex-tentara Jepang, dan informasi di internet yang tidak jelas asal-usulnya. Tentu saja bahannya dalam bahasa Jepang saja.

Sedangkan, dosen yang dikritik oleh penulis twitter tadi adalah akademisi dan ahli Indonesia selama puluhan tahun. Apa lagi, yang jadi masalah adalah kalimat persoalan ujian, bukan karya ilmiah dosennya.

Sejarah Indonesia-Jepang tidak bisa disimpulkan secara instan. Ada yang merasa simpatis terhadap tentara Jepang. Ada juga yang merasa masih benci terhadap tentara Jepang tapi tersimpang didalam hati. Atau satu orang bisa memiliki perasaan dua-duanya. Setiap orang memiliki sejarah masing-masing yang berbeda. Kita perlu menghormati keanekaragaman pengalamannya tanpa generalisir untuk satu kesimpulan.

Yang penting adalah kita mengembangkan rasa saling percaya bersama-sama dengan sikap toleran dan hormat satu sama lain, meskipun pendapatnya berbeda. Mulai dari pribadi dan pribadi. Tidak perlu generalisir sebagai Indonesia atau Jepang.

Kali ini saya menulis ini untuk memberitahu suatu dimensi pandangan masyarakat Jepang. Pandangan mereka belum mayoritas tapi suara mereka mungkin saja bisa meluas lewat SNS tanpa dasar akademis, karena sebagian besar masyarakat Jepang belum tahu tentang Indonesia.

Ini tantangan saya sebagai spesialis Indonesia di Jepang.

Suatu gambar tentang tentara Jepang dan masyarakat
 di Mandor, Kalimantan Barat (14 Januari 2005) 

Comments

Popular posts from this blog

[Eng] Start from the Local as Base of Our Life

I was born in Fukushima, Japan, from my father and mother with Japanese nationality. Automatically, I had my Japanese nationality. I did not have any right to choose my nationality. Nothing more than a coincidence. If born in Indonesia from my Indonesian parents, I became an Indonesian. I could not decide to choose the place I was born. If born in the Dutch East Indies 100 years ago, I might have no sense of any nationality. Nothing more than a coincidence. But, after I was born, I had lived with my family at a place. The place is called as my hometown. My place of birth has had a special meaning for my life. Maybe I has lived in several places other than my place of birth. Those places often have special meanings for my life. There are deep memories of my living there. Such place is not regarded as the nation, but as the local. I have special feelings on Fukushima as my place of birth, Tokyo as my current living place with my family, Busan as my first visited foreign city in my life,

[Ind] Kuliah Khusus Online (1) tentang Kusta dan Diskriminasi

Pada tanggal 18 Juli 2020, kami mengadakan Kuliah Khusus Online Yoridori Indonesia (1), mulai pukul 13.00 WIB. Kuliah Khusus ini merupakan kesempatan bagi banyak orang, termasuk tidak hanya pelanggan majalah informasi web "Yorori Indonesia", tetapi juga masyarakat umum. Untuk saat ini, sementara pelaksanaannya secara gratis. Ada keinginan untuk menyebarkan informasi berbagai macam keanekaragaman Indonesia terutama kepada masyarakat Jepang lewat kesempatan ini. Sekaligus, kami mencoba melaksanakan dengan dua bahasa (Jepang dan Indonesia) sesuai dengan permintaan dari pembicara dan ini diharapkan menjadi kesempatan dialog langsung antara orang Indonesia dan orang Jepang di dalam tema yang sama. Dalam acara pertama kali ini, kami mengundang Mr. Yuta Takashima, salah seorang pendiri dan tetap aktif di Yayasan Satu Jalan Bersama, sebuah yayasan yang membantu para pemulih kusta di Indonesia, dengan tema “Berpikir tentang Kusta di Indonesia dan Diskriminasi berdasar Penyakit Menular